BAYI KEMBAR TIGA LAHIR DI RSUD ANDI MAKKASAU PAREPARE
Rona bahagia terpancar dari pasangan suami istri Andi Halim (28) Elma Ersanti (22) warga Lautan Salo Kabupaten Sidenreng Rappang. Betapa tidak, mereka langsung dikaruniai 3 bayi kembar berjenis kelamin perempuan yang dilahirkan melalui proses operasi pada hari ahad (20/10/2019) pukul 13.15 wita di RSUD Andi Makkasau Kota Parepare.
Andi Halim mengaku tidak ada firasat atau mimpi yang dialami pada masa kehamilan pertama sang istri. Semuanya berjalan normal saja layaknya ibu hamil pada umumnya. Rencananya nama yang akan diberikan kepada bayi cantiknya, yang pertama Najwa, kedua Najma dan bayi ketiga Nayra.
“Perutnya memang sangat besar, dan waktu USG dokter di Sidrap cuma mengatakan kembar 2. Nanti setelah chek up di Parepare, baru ketahuan ternyata ada 3, makanya selama hamil, kami memilih menjalani pemeriksaan disini.” Ungkapnya.
Saat ini Elma Ersanti ibu bayi kembar 3 masih menjalani perawatan intensive di RSUD Andi Makkasau dan kondisinya sudah semakin membaik pasca operasi. Sementara ketiga sang buah hati masih ditangani bagian NICU (Neonatal Intensive Care Unit) karena masih membutuhkan perawatan.
Menurut Ners Nurlia Penanggungjawab ruang NICU mengatakan, ketiga bayi kembar lahir dengan kondisi lengkap. Tidak ada yang cacat dan masih terbilang normal, hanya saja kondisinya memang harus betul-betul dipantau untuk mengontrol suhu badan dan kestabilan gula darah.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa hal ini dilakukan karena berat badan bayi bermasalah . Bayi Najwa lahir dengan berat 1.700 gram, sementara yang kedua bayi Najma beratnya 1.500 gram, dan yang terakhir bayi Nayra hanya memiliki berat 1.200 gram. Hal ini disebabkan selama berada didalam kandungan mereka harus berbagi nutrisi, selain itu usia kehamilan sang ibu hanya sekitar 35 minggu.
SOSIALISASI SISTEM SURVEILENS PENYAKIT YANG BERPOTENSIAL WABAH DI RSUD ANDI MAKKASAU
Tim Surveilens Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau mengadakan sosialisasi sistem surveilans penyakit yang berpotensial wabah di aula lantai 2 , rabu (18/09/2019). Dengan menghadirkan pemateri A. Tenri Balobo, SKM, M.Kes Distric Surveilens officer (DSO) dari Dinas Kesehatan Kota Parepare dan didampingi oleh drg. Diana plt. Kepala Puskesmas Lumpue.
Tujuan dari sosialisasi ini yaitu untuk mengoptimalkan sistem pelaporan surveilans di RSUD Andi Makkasau Kota Parepare sehingga target ketepatan,kelengkapan dan respon laporan penyakit dapat tercapai.
Menurut A.Tenri Balobo, SKM, M.Kes , sistem kewaspadaan dini dan respon (SKDR) sangatlah penting, karena penyakit KLB ( Kejadian Luar Biasa) tidak mengenal batas adminstrasi , mobilisasi manusia, hewan, tumbuhan, sangat cepat menyebabkan transmisi penyakit antara wilayah semakin cepat. Interaksi kontak antara hewan dan manusia yang intens berpotensi menimbulkan penyakit zoonosis semakin besar. Selain itu perubahan iklim dapat berdampak meningkatnya penyakit infeksi dan menimbulkan dampak terhadap kesehatan manusia. Faktor lain yang menyebabkan meningkatnya kasus PD3I ( Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi) menjadi KLB yaitu kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan tidak meratanya cakupan imunisasi.
Manfaat SKDR ini yaitu untuk mengetahui gambaran penyakit yang berpotensi KLB setiap minggu di tingkat Puskesmas, kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional. Dan sebagai alat untuk mendeteksi adanya indikasi KLB disetiap tingkat dan sebagai dasar untuk melakukan respon. Selain itu sebagai evaluasi keberhasilan program pencegahan dan pengendalian penyakit,” ujar A. Tenri Balobo, SKM, M.Kes ”.
Jenis-jenis penyakit yang harus dilaporkan yaitu diare akut, malaria konfirmasi, demam berdarah dengue, pneumonia, diare berdarah ( disentri ), demam tifoid, jaundis akut, chikungunya, flu burung pada manusia, campak, difteri, pertusis, AFP (lumpuh layu mendadak), gigitan hewan penular rabies, antraks, leptospirosis, kolera , kluster penyakit yang tidak lazim, meningitis, tetanus neonatorum, tetanus, ILI ( Influenza Like Illnes ), HFMD.
TIM PENILAI DARI BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) MELAKUKAN KUNJUNGAN KE RSUD ANDI MAKKASAU
Tim penilai dari Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Andi Makkasau Kota Parepare, rabu (21/08/2019). Tim dari BPS Pusat diterima langsung Direktur RSUD Andi Makkasau dr. Hj. Renny Anggraeni, M.Kes.
Kunjungan ini dilaksanakan selama 3 hari, untuk melihat pelayanan yang ada di Rumah Sakit, apakah sesuai dengan Standar Pelayanan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan.
Sebanyak 30 pasien yang diwawancarai langsung oleh tim survei, baik di rawat inap dan rawat jalan maupun di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
RSUD ANDI MAKKASAU MENGADAKAN PELATIHAN PARENTING CLASS
Rumah Sakit Umum Andi Makkasau menggelar Pelatihan Parenting Class Resusitasi Neonatus dan Resusitasi Dewasa, kamis (15/08/2019) di aula lantai II. Pelatihan ini diperuntukkan bagi para perawat untuk meningkatkan kapasitas dalam memberikan pelayanan pada kasus resusitasi. Dr. Yulianti Muchtar yang hadir pada kegiatan ini akan memberikan materi bagaimana penangan tepat Resusitasi Neonates. Selain materi juga ada sesi praktek didampingi oleh Ners Nurliati yang merupakan penanggungjawab ruangan NICU RSUD Andi Makkasau. Pada materi selanjutnya Ners Arfah akan memberikan materi neonatus dewasa.
Dr. Yulianti Muchtar menjelaskan Resusitasi Neonatus merupakan tindakan pemberian bantuan nafas dan jantung kepada bayi baru lahir yang disebabkan oleh asfiksia (gangguan penyebaran oksigen ke jaringan tubuh akibat terganggunya fungsi paruparu). Asfiksia merupakan faktor penyebab kasus kematian neonates hingga 19% dari 5 juta kasus setiap tahunnya. Sebelum melakukan Resusitasi Neonatus dibutuhkan persiapan yang matang yakni persiapan keluarga, persiapan tempat, persiapan diri dan alat resusitasi yang lengkap.
“Komunikasi yang terjalin antara ibu dan suami mesti dilakukan dengan baik, terkait kemungkinan yang bisa saja terjadi pada ibu dan bayi.” ujar Dr. Yulianti Muchtar.
TINGKATKAN KAPASITAS PERAWAT, RSUD ANDI MAKKASAU GELAR WORKSHOP TB/HIV
Tim Pokja Penanggulangan HIV/AIDS RSUD Andi Makkasau Parepare mengadakan Workshop Kolaborasi TB/HIV di Aula Lantai 2 , selasa dan rabu ( 23/07/2019 sampai 24/07/2019). Adapun Pemateri dari workhsop ini yaitu dr. Ayu Purnamasari, Sp.Pd dari RSUD Andi Makkasau, Bakri, S.Kep Dinas Kesehatan Kota Parepare, dan Abd. Risal, S.Kep.Ns dari Puskesmas Madising.
Tujuan diadakan workshop ini adalah agar peserta mampu menjelaskan informasi dasar TB, HIV dan TB-HIV serta melakukan perawatan, dukungan dan pengobatan pada pasien TB dengan HIV positif.
Menurut dr. Ayu Purnamasari, Sp.Pd, TB merupakan penyakit infeksi pada paru-paru yang disebabkan kuman TB. Penularan TB dapat melalui batuk atau bersin. Faktor yang memungkinkan seseorang terjangkit TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghidup udara. Diantara pasien yang terinfeksi TB, hanya 10% yang akan menjadi sakit TB.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang melemahkan sistem kekebalan atau perlindungan tubuh, yang memerlukan perawatan, pengobatan dan pemantauan secara terus menerus.
Bakri, S.Kep menambahkan HIV merupakan infeksi kronis yang memerlukan perawatan, pengobatan dan pemantauan secara terus menerus seperti halnya penyakit kronis lainnya (misal hipertensi, diabetes, SLE, dll). Pengobatan TB-HIV mengacu pada pedoman nasional yang berlaku, dengan menggunakan Terapi Antiretroviral (ARV). Terapi ARV ini dapat mengurangi kesakitan, kematian dan meningkatkan kualitas hidup ODHA. Tujuan pemberian ARV ini untuk menghambat replikasi virus, menurunkan jumlah virus dan diikuti dengan peningkatan jumlah CD4. Sehingga sistem kekebalan tubuh mempunyai kesempatan untuk pulih kembali sehingga infeksi oprtunistik berkurang.
Pada prinsipnya pengobatan TB pada pasien ko-infeksi TB HIV harus segera diberikan, paling cepat 2 minggu dan paling lambat 8 minggu kecuali kondisi klinis tidak ada perbaikan atau ada gangguan fungsi hati. Pasien yang akan mendapatkan terapi ARV harus memiliki pengawasan dalam hal minum obat. Jika pasien tidak patuh, maka pasien akan mengalami kegagalan terapi dan menjadi sakit kembali.
MENCEGAH FRAUD, BPKP MAKASSAR SOSIALISASI ANTI KORUPSI WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS) DI RSUD ANDI MAKKASAU
Dalam mewujudkan zona integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM), Rumah Sakit Umum Andi Makkasau senantiasa berkomitmen mencegah terjadinya fraud. salah satunya dengan menggelar sosialisasi anti korupsi Whistleblowing System (WBS), di aula lantai 2 selasa, (06/08/2019).
Kegiatan ini merupakan kerjasama RSUD Andi Makkasau Kota Parepare dengan BPKP Makassar sebagai upaya pencegahan indikasi kecurangan di fasilitas kesehatan terutama di RSUD Andi Makkasau maupun di puskesmas.
Ali Ikhsan salah satu Narasumber pada kegiatan ini dan juga merupakan Korwas Bidang Investigasi II BPKP Makassar mengatakan, “Aplikasi atau Sistem Whistleblowing dapat dijadikan sebagai saluran pengaduan masyarakat terhadap tindakan fraud dan keluhan pelayanan rumah sakit maupun puskesmas. Sehingga masyarakat dapat menerima pelayanan yang lebih baik dan maksimal.” Whistleblowing System merupakan kelanjutan dari program Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK) sebagai bagian dari pembangunan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Sementara itu Direktur Rumah Sakit Umum Andi Makkasau, dr. Renny Anggraeny Sari, M.Kes dalam sambutannya mengatakan bahwa tindakan kecurangan bukan hanya terkait sesuatu yang berhubungan dengan uang tapi juga ketentuan jam kerja, apalagi yang bergelut dalam bidang pelayanan. Selain itu kita sebagai ASN harus berhati-hati dalam mengambil keputusan dan mengikuti aturan yang berlaku. “
Peserta yang hadir bukan hanya dari kalangan Rumah Sakit Umum Andi Makkasau, namun juga beberapa perwakilan dari puskesmas se Kota Parepare, Rumah Sakit Lauleng, Ali Ikhsan Korwas Bidang Investigasi, Gus Arif Pengendali Teknis, Ahmad Ihsan dan Juni Hendri Auditor Bidang Investigasi II BPKP Makassar.
RSUD ANDI MAKKASAU BERPARTISIPASI DALAM KEMERIAHAN HUT RI KE- 74 TAHUN
Dalam rangka memeriahkan hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke 74 Tahun, karyawan Rumah Sakit Umum Andi Makkasau Kota Parepare turut berpartisipasi dalam kegiatan lomba gerak jalan kategori instansi dan umum yang diselenggarakan Pemerintah Kota Parepare, Senin (05/08/2019).
Meskipun lomba diadakan pada malam hari, tidak menyurutkan semangat peserta menunjukkan performa terbaiknya dihadapan dewan juri dan masyarakat yang menonton di sepanjang rute lomba gerak jalan.
Menggunakan seragam merah putih layaknya bendera Negara bertuliskan angka 74 sesuai dengan usia Bangsa Indonesia, rombongan start dari area Balai Ainun Habibie melewati Jalan Sultan Hasanuddin, belok ke Jalan Lasinrang, lalu Jalan Andi Makkasau, beberapa ruas jalan yang telah ditentukan dan finish kembali ditempat yang sama Balai Ainun Habibie.
Keikutsertaan karyawan RSUD Andi Makkasau dalam lomba gerak jalan yang merupakan agenda rutin pemerintah daerah setiap tahunnya adalah salah satu bentuk dukungan visi misi pemerintah daerah menjadikan Parepare sebagai Kota Industri Tanpa Cerobong Asap, dengan 3 pilar saling berkaitan yakni Pendidikan, Kesehatan dan Pariwisata.
KEMENPAN RB LAKUKAN EVALUASI PENILAIAN PELAYANAN PUBLIK DI RSUD ANDI MAKKASAU
Tim Evaluasi Penilaian Pelayanan Publik dari Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melakukan kunjungan ke RSUD Andi Makkasau Kota Parepare, selasa (30/07/2019). Rombongan yang terdiri 4 orang ini diterima langsung oleh Direktur RSUD Andi Makkasau dr.Hj Renny Anggraeny Sari, M.Kes beserta seluruh jajarannya.
Penilaian ini dilakukan untuk melihat secara langsung penerapan UU No 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik. Sejauh mana instansi pemerintah melaksanakan amanat undang-undang, sehingga masyarakat dapat menerima layanan secara maksimal.
Menurut Dra.Rosmala selaku Ketua Tim Evaluasi mengatakan, ada beberapa komponen yang dinilai oleh tim yakni persyaratan pelayanan, sistem yang diterapkan, mekanisme dan prosedur pelayan, jangka waktu pelayanan, biaya, produk pelayanan, penanganan pengadauan, saran dan masukan, dasar hukum, sarana prasarana, kompetensi pelaksana, pengawasan internal, jumlah pelaksanaan, jaminan pelayanan, jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dan evaluasi kinerja pelayanan.
Hal yang sangat penting dalam penilaian kompetensi SDM yaitu bagaimana kesigapan petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Tak kalah pentingnya perilaku petugas juga menjadi penilaian tim dari kemenpan RB serta kode etik profesi. Dalam hal sarana dan prasarana rumah sakit mesti menyediakan lahan parkir yang memadai, fasilitas ruang tunggu yang nyaman terutama bagi penyandang disabilitas serta sarana penunjang lainnya.
Pengaduan juga menjadi aspek penilaian, instansi harus menyediakan sarana atau media untuk masyarakat menyalurkan keluhannya terkait kebijakan dan pelayanan yang diterima. Rumah Sakit Umum Andi Makkasau menyediakan beberapa saluran untuk masyarakat yang ingin melakukan pengaduan. Dapat melalui facebook, sms, whatsapp, instagram, email, website, atau datang langsung ke ruang pengaduan yang telah disediakan.
Pendaftaran Online
Bagi pasien yang telah memiliki kartu berobat atau terdaftar pada RSUD Andi Makkasau dan ingin kontrol atau memeriksakan kesehatan dapat melakukan pendaftaran online dengan menggunakan aplikasi WhatsApp. ke no. 081 527 216 078 Sehari sebelum jadwal periksa pada pukul 08.00 s/d 12.00 WITA kecuali hari Jum'at 07.30 s/d 10.00 WITA.
Caranya ketik " DAFTAR " dengan melampirkan foto rujukan, Kartu Berobat dan Kartu Asuransi (BPJS / KIS) seperti foto dibawah.
Pastikan anda mendapatkan balasan sebagai bukti pendaftaran asli.
Pihak Rumah sakit sepakat untuk memakai baju adat Sulawesi Selatan dalam memperingati HUT Kota Parepare
PAREPARE -- Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Andi Makkasau Kota Parepare, Senin, (18/2/2019) tidak seperti hari biasanya, pasalnya, petugas medis selama ini mengenakan seragam serba putih dalam melayani pasien. Namun, kali ini terlihat unik dengan mengenakan busana adat tradisional SulawesiSelatan di semua ruang rawat inap maupun rawat jalan.
Kostum yang tak lazim digunakan petugas layanan medis bidang fungsional itu, menarik perhatian pasien maupun keluarganya, karena busana adat mereka dianggap membuat suasana layanan medis terkesan berbeda dibanding hari biasanya.
“Senangki lihat para Dokter dan perawat pakai baju adat. Beda hari-hari sebelumnya dengan pakaian serba putih. Tadi sempat heran karena tidak biasanya,” ujar Fatmawati, salah satu pasien yang sedang menjalani rawat inap di Ruang Seruni 1 RSUD Andi Makkasau, Parepare.
Meskipun terlihat ribet dengan aksesoris pakaian adat, seperti baju Toraja, namun layanan medis unik dengan aneka kostum adat Sulsel itu tidak mengganggu pelayanan di rumah sakit terakreditasi Madya itu.
Direktur RSUD Andi Makkasau, dr Renny Anggraeni Sari mengatakan, pakaian adat Sulsel tidak hanya dikenakan perawat dan Dokter saja, tapi hampir seluruh Pegawai RSUD.
Mereka bahkan tak segan merias wajah dan menyempurnakan aneka kostum tradisional mereka hingga benar-benar mirip pakaian adat daerah-daerah yang ada di Sulsel, seperti waju Tokko Bugis, Makassar, dan Toraja.
Dokter Spesialis Paru RSUD Andi Makkasau, Nevy Shinta Damayanti mengenakan pakaian adat Toraja saat memeriksa pasiennya, Senin, 18 Februari 2019.
“Pihak Rumah sakit hari ini sepakat untuk memakai baju adat Sulawesi Selatan dalam memperingati HUT Kota Parepare. Meskipun berpakaian adat, namun tidak sama sekali mengganggu pelayanan di Rumah Sakit Andi Makkasau. Semua memakainya senang dan malah seru-seruan dengan pakaian adat,” ujar dr Renny yang terlihat mengenakan pakaian adat Bugis ini.